Perjalanan ke Politeknik UBAYA

Kampus adalah tempat menuntut ilmu, setiap harinya Silfi selalu kekampus menggunakan kendaraan bermotor, motor yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya yang mengantar ia pergi dan pulang dari kampus. Kampus tersebut  di Politeknik Ubaya. Sebelum Silfi berangkat kekampus ibunya selalu menasehati untuk selalu berdoa selama dalam berkendara dan berhati-hati. Perjalanan kekampus dari pasuruan sampai Surabaya, begitu banyak cerita ada sedihnya dan ada senangnya.


Dikala Silfi masuk pagi yang ia rasakan jalan pagi-pagi itu udaranya masih sejuk, dingin dan banyak orang-orang yang ingin beraktifitas bekerja.


Apalagi yang ia lewati itu dijalan perumahan  Citra Garden, tiap pagi banyak orang yang beraktifitas olahraga, dan banyak para pekerja di Citra Garden yang bertugas sebagai bersih-bersih taman. Yang diambil pelajaran dari mereka, mereka tidak pantang menyerah walaupun panas-panas mereka tetap selalu bekerja.


Setelah melewati Citra Garden, Silfi melewati berbagai pasar disekeliling, setiap pagi dijalan itu macet karena banyak kendaraan umum yang lewat dan banyak orang-orang yang ingin berbelanja kepasar, dan sedihnya ketika ia melihat pengamen yang masih kecil, yang seharusnya sekolah dan ternyata pengamen kecil itu harus mengamen untuk memenuhi kebutuhan.

Silfi terus mengendarai motor dengan kecepatan yang sedang, karena masih pagi tidak harus terburu-buru. Dan kemacetan yang sering ia rasakan untuk menuju kekampus itu bukan menjadikan ia untuk menjadi orang yang berputus asa.


Banyak pelajaran yang ia dapat selama perjalanan menuju kekampus, dan banyak orang yang disekelilingnya yang baik. Pada waktu Ujian Semester pada hari rabu kebetulan ia masuk siang, ditengah-tengah perjalanan hujan, dan ia lupa membawa jas hujan dimotor, Silfi berhenti di sebuah alfamart yang biasanya menjual jas hujan, tetapi jas hujan yang akan ia beli habis terjual hampir sempat bingung harus bagaimana supaya ia bisa sampai kekampusnya.  Jika ia berfikir untuk  lanjut jalan maka ia akan basah kuyup dan kedingan. Tetapi ada pegawai disana sangat baik, pegawai itu meminjamkan jas hujan untuk Silfi agar sampai kekampus dan tidak kehujanan. Disitu Silfi sangat berterima kasih kepada orang itu karena sudah mau meminjamkan jas hujannya. Dan setelah sampai dikampus, Silfi pun bisa mengikuti Ujian Semester dengan baik.

Setelah mengikuti Ujian Semester ia merasa tidak kuat berjalan karena kakinya kaku kedinginan terkena air hujan dan ditambah terkena AC didalam ruangan tersebut. 


Tak lama kemudian ia bertemu dengan teman-temannya Ufara, Nailul, Sarah, dan Dresti. Mereka sangat peduli kepada Silfi dan ingin membantunya untuk menghangatkan kakinya agar kuat berjalan, setelah itu kakinya pun kembali dan sudah tidak lemas lagi.


Banyak kisah yang Silfi lalui menuju kekampus, kisah itu ia anggap sebagai pengalaman yang tidak pernah ia lupakan. Walaupun didepan kita banyak rintangan, kita harus menghadapinya dengan penuh semangat, karena semangat kita akan menjadikan kita sukses dikemudian hari, jangan pernah berputus asa.


“Berdoa, berusaha, Tawakal” itu adalah kunci kesuksesan